top of page
TUJUAN DAN SASARAN

Berdasarkan masalah yang ada, dirumuskan tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dalam jangka waktu panjang, yaitu “Terwujudnya Bondokenceng sebagai pusat pelayanan dan permukiman, terintegrasi dan berdaya saing pada tahun 2035”. Pada tujuan tersebut terdapat tiga kata kunci yaitu "Pusat Pelayanan dan Permukiman", "Terintegrasi" dan "Berdaya saing", dari ketiga kata kunci tersebut disusunlah sasaran yang akan menyelesaikan masalah berdasarkan sumberdaya yang ada (potensi dan tantangan).

KONSEP

Keyword 1

Pusat Pelayanan dan

Permukiman

sasaran:

  1. Terwujudnya penggunaan lahan yang sesuai dengan karakteristik fisik wilayah

  2. Terciptanya pusat-pusat aktivitas yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bondokenceng dan sekitarnya

Keyword 2

Terintegrasi

sasaran:

  1. Terwujudnya sistem transportasi publik yang terintegrasi

  2. Terwujudnya sistem regulasi yang terpadu

Keyword 3

Berdaya Saing

sasaran:

  1. Terciptanya SDM yang kompeten

  2. Terwujudnya pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing

Dalam mewujudkan tujuan Bondokenceng sebagai pusat pelayanan dan permukiman, terintegrasi dan berdaya saing pada tahun 2035, maka dipilihlah konsep Smart Growth. Smart growth adalah teori perencanaan kota dan transportasi yang mengembangkan kota ke arah walkable-city dan kompak untuk menghindari sprawl. Istilah smarth  growth lebih dikenal di Amerika Utara. Di Eropa  dikenal dengan kota kompak. Selain untuk mendukung tujuan, justifikasi pemilihan konsep ini didasarkan pada  permasalahan, potensi dan driving factor. Masalah-masalah di Bondokenceng antara lain: pelayanan sarana penunjang yang belum menjangkau seluruh wilayah, rendahnya kualitas SDM, kinerja ekonomi yang belum optimal, sistem jaringan infrastruktur yang belum terintegrasi, serta lahan terbangun yang tidak kompak. Potensi lokal Bondokenceng adalah terdapatnya dua pantai di kecamatan  Cepiring dan Patebon dan sebuah bendungan di Kecamatan Ngampel yang berpotensi sebagai tempat wisata serta UMKM yang tersebar di Bondokenceng, sementara tantangan atau Driving Factors yaitu pengaruh dari KIK dan pembangunan jalan tol yang salah satu dari pintu keluar masuknya ada di kelurahan Margomuyo, Kecamatan Pegandon, konsep ini penting diterapkan untuk menghindari terjadinya urban sprawl.


Konsep yang dipilih mememiliki indikator-indikator dalam penerapannya, namun dalam penerapannya tidak semua indikator dapat diterapkan sesuai kondisi ideal yang diharapkan karena karakteristik fisik yang tidak memungkinkan, dari sepuluh indikator, terdapat satu konsep yang tidak diterapkan yaitu walkable city, hal ini dikarenakan lingkup regional yang begitu luas dan memiliki topografi yang beragam sehingga tidak memungkinkan sarana penunjang untuk mewujudkan walkable city ini tersedia di semua tempat.

Studio Perencanaan Kendal, 2016

bottom of page